JILBAB
TENGKU
Tengku
diba aliya nama nya gadis berjilbab putih yang ku pandangi terus menerus sejak
pertama kali aku turun dari angkutan umum menginjakkan kan kaki di pintu
gerbang sekolah menengah kejuruanku. Aku tau nama nya setelah melihat bat nama
di sisi dada kanan nya , kebetulan kala itu jilbab nya tidak menutupi.
Kesejukan
aura wajah nya membuat ku tak dapat berpaling , saat kami para murid-murid baru
di baris kan di tengah lapangan untuk mendengarkan arahan para guru dan panitia
OSPEK aku selalu berusaha untuk tetap berada di dekat nya supaya aku dapat
terus memandanginya, merasakan kelembutan hatinya.
“sungguh anggun gadis ini”. Batin ku. “bisakah kau ku bawa pulang untuk menemani
hari-hariku di kota baru ku ini?”. Hanyal ku lebih dalam.
Hari
ini hari kedua ku di kota Medan , kota yang menjadi kota kedua ku sekarang.
Setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kampong aku memutuskan untuk
melanjut kan sekolah ku ke kota ini dan kedua orang tua ku mengijinkanku. Kota
yang indah, penuh dengan pesona keglamoran nya hiruk pikuk kegiatan masyarakat
nya yang selalu di iringi dengan percakapan-percakapan keras, ala suku Batak
yang terkenal dengan watak kerasnya tetapi sesungguh nya hati mereka baik,
memang suku mereka lah yang mendominasi kota Medan dan sampai sampai suku
mereka yang menjadi ikon Medan padahal Melayu lah suku asli kota Medan. Membuat
ku merasa tertantang hidup di kota baru ku ini.
Ada
cerita menarik saat pertama kali aku masuk dan merasakan aroma kota ini. Kala
itu ayah ku yang turur mengantarkan ku ke kota ini mengajak ku berkeliling
keliling kota sejenak. Di tengah perjalanan aku melihat jalan-jalan yang begitu
meriah , rame, sampai-sampai macet, sangat berbeda dengan di kampungku di aceh
sana, kota kecil yang mengajarkan ku aksara dan berhitung itu. Sampai aku
melihat sebuah poster besar di sebrang mesjid raya kota Medan mesjid Al-Maksum
namanya , bergambar seorang bapak baruh baya dengan badan sedikit kekar duduk
di kursi dengan ekspresi wajah sedikit tertawa kecil dengan tangan menunjuk tulisan
“INI MEDAN BUNG”. Aku tersontak dan sedikit kaget dari balik jendela mobil yang
aku tumpangi . “ini medan bung!. Ah Jangan
sombung kau anak muda kan ku takluk kan kota kau ini!”. Gerutuku dalam hati
sambil memandangi poster dengan gambar bapak yang sedikit sombong itu.
“hey..!”.
salah satu murid baru menepuk pundak ku dari belakang , sontak membuyarkan
lamunanku yang sudah sampai surga kedamaian .
“eeh iya”. Jawab ku.
“ngelamun ya?, aku yoga jurusan teknik
komputer dan jaringan , kau ?”. mengulurkan tangan memperkenalkan diri nya.
“aah hehehe. Ngga, aku dwy , dwy susanto .
jurusan teknik komputer dan jaringan juga sama kayak kamu”. Jawab ku
membalas perkenalan nya.
“oouh bagusla deh kalo gtu, kita bisa
barengan , hari pertama udah naksir cewek ?”. goda nya. ternyata dia
memperhatikan ku saat mata k uterus memandangi gadis anggun jelita bernama
tengku Diba Aliya itu.
“ouh, hehehe nggak kok, Cuma .. Cuma.. hehehe!”.
aku mulai salah tingkah
“cuma apa ?”
“nggak kok , udah
lupain aja, mending dengerin kepala sekolah lagi ngomong”. Melancarkan
jurus pengalihan isu.
“eummp”. Jawab nya kecewa.
***
Pembagian
kelompok telah tiba, satu persatu nama kami di panggil dan di pisah kan barisan
nya dengan kelompok nya masing-masing. Jantung ku terus berdebar dan terus
berharap agar aku dan Diba satu kelompok.
“Dwy susanto!”. Panggilan nama ku bergema
dari pengeras suara yang yang terpasang di sudut depan dan belakang. “bergabung ke barisan kelompok 2”.
“sial.!”. gerutuku dalam hati. “nggak bisa satu kelompok”. Pikir ku.
Aku
tau nama ku paling terakhir di panggil , jadi sudah tentu takkan ada lagi
panggilan untuk kelompok 2.
“maaf-maaf ada kesalahan tadi”. Seorang
panitia yang memegang mic terlihat agak sedikit panik. “maaf tadi ada kesalahan , Dinda Sri Ayu masuk ke kolompok 3 dan Tengku
Diba Aliya Masuk ke kelompok 2”. Ucap seorang panitia meralat kesalahan
nya.
Sontak
hati ku meloncat-loncat kegirangan. Senang tak terkira, apa yang aku harapkan
begitu cepat terkabulkan, alam berpihak kepada lelaki kecil yang sedang jatuh
cinta saat ini.
“hore yes yes yes!”. Aku kegirangan.
Hingga tersenyum sendiri.
Dia
bergabung ke barisan , dia berdiri tepat di sebalah ku, badan ku gemetar,
jantung ke berdegub lebih kencang, jiwa tidak tenang penuh gerogi , aku bingung
apa yang harus aku lakukan saat begitu dekat dengan dia. Aku mulai panik, salah
tingkah. Keringat di kening mulai mengelembung satu-satu bermunculan. Sesekali
aku mengelapnya. Tak satu patah kata pun yang terucap oleh ku sampai pembagian
kelompok selesai dan setiap kelompok memisahkan diri , untuk perkenalan dan
pembuatan yel-yel.
Disaat
perkenalan anggota kelompok, dia lah yang pertama kali mendapat giliran untuk
memperkenalkan diri. Disaat perkenalan ini lah untuk pertama kali nya aku
melihat senyuman nya, indah, tak tertandingi. Aku seakan memasuki dunia baru ,
dunia khayak ku, di bawah teduhan pohon rindang ini dengan memanyangga daguku
dengan tangan kananku memulai memasuki dunia imaginasi ku, memperkosa pikiranku
, mencoba merasuk kedalam jiwa nya. sungguh indah senyuman nya.
“perkenalkan nama saya tengku diba aliya ,
jurusan Teknik Komputer dan Jaringan”. Dia memperkanalkan diri.
Singka
padat jelas, membuka harapan ku seluas samudera “alam berpihak untuk kedua kali nya kepadaku”. Pikirku.
***
OSPEK
telah berlalu, genap seminggu sudah ku tinggal di kota baru ku ini. Aku mulai
terbiasa dengan suasana baru disini yang jauh berbeda dengan apa yang kurasakan
waktu di kampong halaman ku, minyapkan makan sendiri, nyuci baju sendiri,
nyetrika sendiri, semua sendiri di tambah dengan omelan-omelan kecil ibuk kost
yang sedikit cerewet, dan dengan nada keras kalau berbicara pedas sekali , di
tambah lagi dengan cacian supir angkutan umum yang marah-marah dengan nada
keras hanya karena penumpang yang memberi ongkos kurang. Semua membuat aku
sedikit ingin menyerah, karena tidak terbiasa mendengar percakapan-percakapan
keras seperti disini, tetapi lambat laun aku mulai terbiasa, dan dapat menempat
kan diri dengan baik.
Pagi
ini aku bergegas berangkat kesekolah, hati ku sudah tidak sabar ingin merasakan
kedamaian yang terpancar dari paras cantik nya. aku rindu memandang matanya
yang lentik dan indah itu, merasakan senyuman ceria nya yang seakan menamapar
muka ku dan menyibak-nyibakkan poni rambutku, dan aku rindu merasakan aliran
nafas nya yang ia hirup melalui hidung yang sangat indah itu.
Di
tengah perjalanan ke sekolah , aku berfikir akan kah alam kan berpihak untuk
yang ke tiga kali nya kepadaku kali ini, dengan semangat ku yakin kan kehendak
alam, seiring ayunan langkah yang semakin cepat menuju sekolah.
Di
madding-mading sekolah sudah ditempel selembaran pengumuman pembagian kelas,
para siswa-siswi baru berebut menerobos ingin tahu kelasnya diamana. Aku
melihat selembar tulisan yang tertulis “TKJ” sebagai judul besarnya. Aku
mencoba menerobos.”permisi-permisi!”.
Ucapku menerobos barisan. Aku lihat dengan teliti nama ku dari atas kebawah,
dan nama ku ada di nmer 6 , karena namaku berawalan “D”. aku lanjutkan
pencarian ku terus kebawah samapai nama berawalan “T”. dan ternyata nama
“tengku Diba Aliya” satu kelas dengan ku dan berada di nmer urut ke 28. Nmer urut
kedua terakhir .
Ini
yang aku yakini , alam perpihak untuk ketiga kali nya kepadaku. Aah, senang nya
hidup ku.
***
Berada
satu kelas bukan jaminan untuk ku dengan leluasa mendekatinya , dan melancarkan
jurus jurus jitu untuk memikat hati nya. aku selalu gerogi bila berdekekatan
dengan nya,salah tingkah dan diam tanpa kata dengan keringat bercucuran itu lah yang aku rasakan bila
berdektan dengan nya. kami sering mengalami bagaimana disaat saat hanya kami
berdua di kelas dan teman-teman lain nya pergi keluar, dan lagi-lagi tak kan
ada satu patah kata pun yang akan keluar dari mulut kami berdua, kadang aku
sesekali memandang nya, dan aku juga merasakan kalau dia juga sesekali
memandangiku, dari sudut kejauhan tempat duduk nya.
Aku
tak tau cinta seperti apa yang ku rasakan sekarang ini. Jika aku mengatakan
kisah percintaan ku ini dengan “Platonik”, apa orang orang akan percaya ?.
mungkin mereka tak kan percaya mana mungkin manusia biasa mencintai tanpa
nafsu. Tapi ini yang aku rasakan , mencintai seorang gadis keturunan melayu
asli, tanpa berfikir aku harus melumat bibir tipis nya , membelai rambut indah
di balik jilbab nya. aku hanya ingin memiliki nya dan merasakan kedamaian dalam
hatiku ketika aku dekat dengan nya. saat terasa dekat dengan nya dan trus
memandang nya aku merasa kedamaian yang begitu indah dalam hatiku, dirinya seperti tuhan yang meberiku
kedamaian. Mungkin tuhan kan marah kepadaku. Tapi. Entah lah mungkin aku sudah
gila. Gila dengan cinta yang tak kunjung ku ungkap.
***
Tiga
tahun berlalu, keadaan cinta ku masih sama , tak terungkap, menikmati cinta
tanpa berucap. Aku lulus dengan nilai yang mendekati sempurna , terbukti aku
peringkat kedua nilai tertinggi se angkatanku. Semua bergembira karena kami
telah lulus sebagai siswa dan akan menjadi mahasiswa, betapa senang nya aku,
akhirnya perlahan dapat ku tahlukkan Kota Medan.
Semua
sibuk dengan persiapan perpisah sekolah. Pertunjukan tari, drama , nyanyi semua
segera di persiapkan.
“eh wi nggak mau ikutan kau ?, nyumbang satu
lagu kek”. Goda yoga salah satu sahabat ku sejak aku masuk di sekolah ini.
“hahaha, nggak ah aku nggak pede kalo
nyanyi”. Jawab ku ringan,
“udah lah nyanyi aja , kek mana? awak daftarin ya! Sekali ini aja , buat aku”.
Desak nya.
“alah kau pikir kau siapa , pake demi demi
kau pula.!”. aku berdiri dan menarik nya ke meja panitia untuk daftar
penampilan. “Okay lah , ayok ! aku
daftar”. Dengan berani.
Sebenar
nya aku sudah merencana kan ini semua , aku merencana kan di hari perpisahan
nanti aku ingin menyanyikan sebuah lagu untuk gadis pujaan ku selama ini. Dan
menyatakan perasaan ku dengan nya setelah aku turun dari panggung. Tapi masih
ragu.
Hari “H” sudah
tiba , para wanita memakai kebaya dan para lelaki nya memakai kemeja batik,
semua berpenampilan sederhana.
Aku
pandangi gadis yang selama ini membuat ku sedikit gila. Dia duduk di saff ke 2
dan aku berada di saff ke 4 , sehingga kami hanya di pisahkan satu saff bangku di
depank. Dengan kebaya warna merah maronnya , dan balutan jilbab yang tak ia
tinggalkan , terlihat lebih anggun, seperti seorang pengantin yang menunggu
sang pria mengucapkan akad nikah dengan penuh bahagia, seseklai dia di melirik kearah
ku di belakang , sambil memegang jilbab nya dan tersenyum kepadaku. Aduhai
kenapa baru sekarang dia bersikap seperti ini .
“ini merupakan penampilan terakhir, mari kita
sambut teman kita dwy yang akan menyanyikan sebuah lagu , kami persilahkan !”. pembawa
acara memanggil namaku.
Diba
melirik kearah ku dan tersenyum, sambil bibir nya komat kamit , tapi aku tau
maksud gerakan mulut nya dia hanya ingin mengucapkan “semangat” , sambil tangan
nya mengepal.
“aduhai
kenapa nggak dari dulu kek gini”. Batin ku . kepala ku mengangguk dan tersenyum
melakah ke atas panggung.
“cek cek!”. Aku membuka. “lagu ini aku persembahkan untuk seorang
gadis yang selama ini aku cintai, dan
dia tak pernah tahu jika aku mencintainya, Sempoerna Andra and the black
bound”. Kalimat pembukaku , diiringi dengan petikan senar-senar gitar dari jemariku.
Disaat
ku menyanyi , sesekali ku melirik dan menatap tajam mata Diba, seakan memberi
kode bahwa dia lah orang yang selama ini aku cintai. Dan dia hanya membalas nya
dengan senyuman-senyuman terbaiknya.
“jreeeng”. Petikan gitar terakhir. “terimakasih”. Kau mengakhiri dan
disambut dengan tepuk tangan para pendengar. Aku turun dari panggung kembali
ketempat duduk, dan satu persatu para peserta yang menikmati acara mulai
bangkit dari tempat duduk nya masing masing.
Mereka
saling berpelukan dan saling mengucapkan kata-kata perpisahan. Aku mulai
menghilang dari pandangan mereka, karena ada satu rencana lagi yang belum aku
tuntaskan, yaitu menyatakan cintaku pada gadis pujaan ku Tengku Diba Aliya.
Aku
bergegas berlari lari kecil menuju kelas , karena sebelum acara aku senaga
meninggalkan bunga mawar merah dan sebungkus kado di kelas untuk ku berikan
pada Diba. Bunga mawar dan kado sudah bersama ku sekarang, dengan penuh percaya
diri, aku mencari Diba dan akan ku berikan bunga dank ado ini sebagai
berwujudan cintaku, kan selalu mekar setiap saat.
Dari
kejauhan aku melihat sekrumpulan orang berkumpul dan meraka saling sorak-sorai.
Dengan 2 orang di tengah-tengah mereka. Aku agak mempercepat jalan ku dan mulai
mendekat.
Sontak
aku terkejut, ternyata 2 orang yang berada di tengah-tengah orang ramai itu
adalah sahabat ku yoga dan gadis ku Tengku Diba Aliya. Aku mulai ragu, detak
jantung ku semakin kencang berdetak , aku terus mendekat, dan tidak salah lagi
memang benar meraka berdua lah yang aku lihat, yoga dengan gaya bak sang
pangeran yang ingin melamar sang putri dan Diba berdiri tegap laksana sang
putri yang sedang takjud dengan romansa romantisa yang telah di ciptakan sang
pangeran.
Dari
kejauhan aku hanya bisa memandang, dan mencoba meyakinkan hati untuk tetap
menerima kenyataan, bahwa rencanaku tak berhasil, dan cintaku tak terungkapkan.
Dan kini aku harus menerima orang yang aku cintai selama ini, yang aku puja
selama ini, yang selalu menghantui mimpi-mimpi ku disetiap tidurku, harus
memilih hidup berbahagia dengan sahabat ku sendiri. Dan aku belum menyatakan
tentang perasaan ku pada Diba.
Hari
itu terasa seperti hari paling buruk yang aku alami. Penghianatan Alam yang tak
memihakku. Dunia terasa gelap. Hati terasa di cabik-cabik, oleh rasa kecewa
yang amat mendalam. Tak terasa air mata berbicara, dengan menetes perlahan
terjatuh dipipi. Sebagai tanda aku sedang berduka, terluka dan kecewa. Baru aku
sadari ternyata aku lebih sombong dari bapak baruh baya yang berada di poster
saat aku pertama kali aku melihat kota ini. Dengan menantang nya , kan ku
takhlukkan kota medan ini. Ternyata aku kalah, aku belum menaklukkan kota ini.
Aku belum menaklukan hati seorang gadis Melayu dengan jilbab putih yang aku
liat pertama kali di kota ini. Aku telah sombong.
Dengan
terseok-seok, badan seakan tak bersendi dan bertulang, lemas . aku tinggalkan kerumunan
orang orang itu. Dan.
“dwy..!”. Dari kejauhan ada suara
laki-laki memanggilku. “tunggu..!”. Dia
teriak lagi.
Aku
terkejut, aku tahu itu pasti yoga , aku kenal suaranya, bergegas ku hapus
airmata ku yang tersisa. Dan menegakkan badan seakan tidak terjadi apa apa.”iyaa!”. aku berbalik dan tersenyum.
Tiba-tiba
Diba lari kearahku dan langsung memeluk erat tubuh ku. Aku terkejut, ada apa
dengan ini semua. Aku seakan tak percaya dapat begitu dekat dengan Diba dan dia
memelukku erat sekarang. Yoga dari kejauhan meyakin kan ku.”Dia pantas buat kau wie, dia baru aja nolak
aku. Dia bilang dia udah ada orang yang dia cintai, orang itu kau wie.”. teriak
yoga menggebu-gebu.
“udah kau takhlukkan kota Medan ini dwy, aku
mencintaimu dan aku selalu merindukan mu saat aku jauh dari mu, bawa aku
terbang bersama cinta mu dwy.!”. bisik Diba , lirih seakan ingin menangis.
Aku
teriak teriak sekuat-kuat nya. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkk!”. Tangan ku
terlentang , Diba tetap memelukku erat. “apa
aku bilang bapak-bapak poster..!, kan ku takhlukkan kota kau ini !, jangan
sombong kau !”. teriakku menggebu-gebu.
TaMAT
ConversionConversion EmoticonEmoticon