Lebaran Haji di Kampung Orang
Halo
Wak-wak ganteng, Wak-wak jelek dan Lek-lek ku lama kita tak berkombur,
maklumlah jadi orang sok sibuk aku akhir-akhir ini Wak. Dari ngerjai TA (tugas
akhir) kuliahku, sampai ngerjai adek itu, eh kok kesitu.
Banyak
kali ceritaku yang pengen kuceritakan sebenernya Wak-ku, tapi gimanalah susah
kali aku buat nyempatkan nulis-nulis ini. Laptopku juga sering kali
mati-hidup-mati-hidup, belum lagi godaan website-website yang sering dialihkan
ke web internet positif itu. Peninglah pokoknya. Dapatku pula kemaren tools
buat buka web itu di google crome kan, udahlah lengkaplah udah, tak
terbuka-bukalah aplikasi ketikan tulisan-tulisan ini.
Jadi
Lek-ku, tugas akhir kuliahku ini buat alat, nama alatnya tak perlulah ku
sebutkan yaa, pokoknya masih berhubunganlah sama jurusanku: Teknik Elektronika.
Sebenernya
nggak pala susahnya buat alatnya, tapi memang dasarnya paoknya aku, makanya
setengah mampos juga aku mikirinya. Banyak kali masalahnya, istilahnya selesai
satu masalah, muncullah masalah lain lagi, trus-truslah gitu sampe malam
terakhir dimana aku mau sidang besoknya. Jadi waktu sidang mataku ini belum ada
ngerasai tepejam. Sadis kali.
Tapi
dari alatku inilah aku belajar, “hasil nggak pernah menghianati proses” kalimat
ini ku percaya 100%, memang hasil nggak pernah menghianati proses, ini kualami
sendiri Lek-ku. Sering aku nggak tidur ngerjai TA-ku itu, telat-telat makan,
uang kiriman cekak terus karna banyak komponen yang gosong, tapi itu semua
terbayar tunai dan tuntas dan menyenangkan dengan hasil nilai sidang “Maksimal.”
Senang lah aku Lek.
Senanglah
aku yakan, biasalah mahasiswa perantauan, kalo udah ada berita-berita bahagia
gini langsunglah telepon mamak yakan. Ku telponlah mamakku ini pas selesai
sidang. (pas mau sidang nggak ku telpon, habis pulsa, uangpun tak ada waktu
itu)
“Halo,
Mae Assalamualaikum”
“Walaikumsalam,
halo, siapa ini?
“Uwik
Mak!”
“Ouh,
ada apa Wik?”
“Aku
udah siap sidang Mak,” langsung to the
point aja lah aku minjam hp orang soalnya habis pulsanya nanti merajok
pula.
“Sidang
apa?” Mamakku nggak tau kalo aku mau
tamat.
“Sidang
tugas akhir Mak, itu sidang yang ku bilang mau tamat itu”
“Ouh,
Jadi ini udah siap?” Polos-polos aja.
“Iya
Mak, udah siap, Alhamdulillah dapat nilai maksimal.”
“Alhamdulillah,
jadi udah siap sekarang kuliahnya?” Nggak ada bahagia-bagianya.
“Udah
Mak, tinggal wisuda ini”
“Yaudah
kapan kau pulang? Banyak borongan kue ini, pulanglah bantu-bantu mamak”
“Nanti-lah
aku pulang yaa Mak, kalo udah selesai semua urusanku. Udah dulu ya Mak habis
pulsa orang nanti.”
“Ouh
yaudah, Cepat pulang!”
“Iya,
Assalmualaikum.”
“Walaikumsalam”
tut-tut!
Huh!
Baru selesai sidang, udah disuruh pulang, buat kue, nggak ada kalimat bahagia,
nyantai-nyantai aja, okay!
Kalo
klen jadi aku kek mana perasaan klen Lek? Jawab di komentar ya Lek!
***
Udah
sering sebenarnya aku lebaran haji di Kampung orang, karna memang kampusku ini
badai cetar membahana, kalo hari raya haji atau Idul Adha liburnya cuma satu
hari, jadi mau pulang pun kentang, kenak tanggung! Ibaratnya baru sampe udah
pulang lagi. Kan capek, mending lebaran di perantauan aja. Tapi semenjak
bapakku meninggal selalu ku usahakan buat pulang, biarpun satu hari libur, ku
tambahilah jadi tiga hari libur.
Bapakku,
meninggal tahun kemaren, loh? Berarti aku baru jumpa lebaran haji satu kali? Berarti
salah ya yang “selalu ku usahakan” tadi. Nggak selalu berarti, tapi
angan-anganku mengatakan, “bakal ku usahakan pulang kampung lebaran bareng
mamak.”
Untuk
tahun ini, nggak pulang, lebaran di kampung orang, nggak makan rendang mamak, (padahal
mamak nggak pernah masak rendang), nggak makan lontong mamak (padahal mamak
juga nggak pernah buat lontong, beli selalu lontongnya), nggak salam sama
mamak, nggak dapat uang reraya dari mamak, nggak ketemu mantan, opss!
Semua
serba nggak jadinya, di kosan merana, ditinggal kawan pulang kampung, pacar
(tak) ada, dompet menipis, perut kembang kempis, karna nggak makan tapi perut
buncit, karna nggak bisa kentut tapi rasanya pengen kentut, iss sadis kali lah
pokoknya Lek-ku. Mau nangis aja aku bawaannya lebaran haji nahun ini, iya, kek
manalah, perut udah kayak nangka siap panen, pantat juga pengen kentut, tapi
kentutnya nggak mau keluar, bandal kali memang si kentut ini susah kali
dibilangi.
Yaudah
lah Wak, Lek! Jadi sedih pula aku teringat kentut semalam, masi bandal
kentutnya ini belum terkeluarkan semua.
Oya
maaf lah ya kalo kemaren-kemaren jarang up-date,
kek manalah, kek yang ku bilang tadilah masalahnya. Tapi ini mulai up-date postingan lagi untuk serial cerpen
“Gadis Biola” dan puisi-puisi masa-masa menderitaku sama TA bakal diposting. Di
tunggu yaa!!
***
Hahaha, sekian “Kombur” siang ini, jika
menurut anda bermanfaat bolehlah kalian Share jika tertarik untuk membaca yang
lain-lain bolehlah klik tombol berlangganan (google+ juga bisa).
“Berkombur itu asyik,
membebeaskan diri kita berbicara dan bercerita apa saja.”
ConversionConversion EmoticonEmoticon