Kandang-Kandang
Burung terbang
dengan segala keangkuhan di atas angkasa sana. Dengan segala kekurangan dia
menantang tangguhnya gulungan angin, lalu mereka bersahabat.
Lalu
mereka di tangkap , di penjara dengan penat kebosanan penuh peraturan, sayap
nya tak terbentang lebar lagi, kaki kaki nya tak perlu mencengkram lebih kuat,
dan paruh nya tak perlu terluka untuk bertahan hidup. Semua tersedih di kandang
itu.
Lantas
apa aku seperti burung yang di penjara di sebuah kandang ke istimewaan penuh
basa-basi kemanjaan, yang membuat aku terlena dengan segala situasi di dalam
nya, hingga ku tak bebas mengepakkan sayap-sayap ku di alam bebas ini ?.
Ternyata
aku lupa, aku pernah di ajarkan untuk keluar dari kandang-kandang itu untuk
melihat alam bebas lebih dekat, namun dengan segala pengawasan dan control yang
berlebihan membuat ku tak suka. Ingin ku kabur namun aku selalu di tarik oleh
kelembutan dan kenikmatan yang tersedia di kandang itu.
Sekarang
aku di bebaskan , sekarang aku bebas mengepakkan sayap ku, kakiku bebas mencengkram
keras penantang- penantang ku, paruh tajamku bebas membunuh bibir bibir congkak
mereka. Lalu, aku terlena dengan kebebasan ini, hingga ku tercampak ke samudera
gelap ujung nyawa.
Aku
tertatih meraba mencari ujung gelap. Dengan senter kesadaran yang redup terang
membawaku menuju cahaya bintang ke indahan.
Aku
sadar, ternyata aku memang seperti burung yang di penjara kemanjaan yang
membosankan, lalu di ajarkan kebebasan,
lalu di lepas ke alam bebas dengan harapan ia akan kembali ke kandang-kandang
itu lagi. Yaitu kandang-kandang kemanjaan pusat kebahagiaan bukan
kandang-kandang kebosanan