Sintaku "Empat"

Bagaimana malam ulang tahunmu, meriah bukan ? Pesta kembang api dimana-mana, sebenarnya itu akal-akalan Lek Tho, dia menginstruksikan orang-orang melalui bunyi alam untuk memanjatkan doa dan berpesta kembang api di malam ulang tahunmu, sukses sih, tapi sebenarnya aku kurang setuju dengan ide Lek Tho untuk perayaan pesta ulang tahunmu, karena indah kembang api itu membuat bulan cemburu, sama seperti aku, cemburu melihat lukisan awan yang menceritakan tentang dirimu saat itu.

Sintaku,

Benarkan kau sudah benar-benar melupakanku ? Melupakan semua kenangan yang telah kita ciptakan? Awan itu melukiskan semua.
Aku banyak belajar dari Lek Tho, sampai aku mengerti berbicara dengan alam, aku bernegosiasi dengan awan untuk memata-mataimu, melukiskan apa yang sedang kau lakukan di langit. Kadang aku tersenyum sendiri ketika melihat awan melukiskan tentangmu yang sedang asik membuka lembaran-lembaran foto kenangan kita disela-sela kesibukan ngantormu, memang sibuk ya menjadi anggota dewan itu!

Sekarang,

Kedekatanku dengan Lek Tho agak renggang, kami sudah jarang bersama, paling kami mengobrol lewat bahasa telepati yang Ia ajarkan, sebelum Ia mulai menyibukkan diri. Oya, kamu harus belajar bahasa itu Sintaku, kapan-kapan ku perkenalkan Lek Tho denganmu, semoga kau bisa secepatnya meluangkan waktu, kalau kau sudah mahir, tak perlu kita berkirim surat lagi, aku cukup mendengar kabarmu dari bahasa telepati yang kau kirimkan.

Pasti kau bertanya-tanya kenapa tidak aku saja yang mengajarkanmu, maaf Sintaku aku belum cukup mahir untuk menjadi guru, malah aku ingin banyak belajar lagi denganmu tentang merasa. Aku pikir indra perasamu lebih peka dari pada aku, mungkin jika Lek Tho mengajarkanmu bahasa itu, sekali jumpa saja kau sudah langsung memahami.

Dulu,

Bukannya kau yang memaki Pak Doyok, iya bapak penjual jasa iklan yang memasangkan iklan konsumennya di pepohonan itu. Sebenarnya aku kenal dengan Pak Doyok, dia tetanggaku, kami juga sering bekerja sama perihal usaha periklanannya, tapi aku diam saja pura-pura tidak kenal, kalau aku mengaku kenal bisa-bisa aku kena sembur juga sama kamu Sintaku, hihihihi.

Sintaku,

Aku juga berteman dengan ombak, belum lama sebenarnya aku mengenalnya, tapi kami sudah begitu akrab. Dia sering menari-nari menghiburku jika aku sedang menunggu balasan suratmu dari mega senja. Mungkin dia tahu jika aku sedikit tidak menikmati senja jika tidak menemukan balasan suratmu.

Aku malah jadi terpikir, untuk memberimu kado ulang tahun untukmu, biar kelihatan modern, tapi maaf jika nanti kadonya telat datang. Karna ombak sudah bercerita tentang ketidak tepatan waktunya. Anggap saja itu kejutan yang terlambat tapi bermakna, heuheuheu.

Kodenya, jika nanti datang anak-anak mengantar sebuah botol bekas minuman keras kekantormu, terim saja,! dan buka tutupnya, intip isinya dengan mata kiri nanti kau akan melihat sesuatu hal yang tak pernah kau lihat sebelumnya. Itu pasti botol yang ku-berikan padamu sebagai kado ulang tahunmu.
Ingat terima saja !

           




Previous
Next Post »
Thanks for your comment