Sintaku "Lima"


Terimakasih awan, terimakasih ombak, terimakasih alam yang telah membantu aku selama ini, terlebih kepada Lek Tho, tak tahu harus ku buang kemana lagi mukaku ini jika bertemu dengannya. Semua nasehatnya ku acuhkan, tentang balasan suratmu juga sebenarnya tidak adakan Sintaku? Lek Tho hanya mengarang saja, supaya aku berhenti dalam kegalauan ini. Tidak, tidak Sintaku, malah kegalauanku semakin bertambah ketika Lek Tho mengajarkan ilmunya kepadaku, aku tahu semuanya!

Kali ini awan tidak mungkin seperti Lek Tho yang sanggup berbohong hanya agar, aku berhenti dari kegalauanku, dia menceritakan semuanya. Perihal anak-anak kecil yang mengantarkanmu botol itu, sudah kau terima dengan amat baik, botol kirimanku sudah kau terima, dan kau beri anak-anak kecil itu sebungkus permen, mereka pulang, senang kegirangan.

Bagaimana dengan botolku sekarang, sudahkah kau mengintipnya dengan sebelah mata kirimu? Atau setelah kau terima langsung kau campakkan botol itu ke dalam tong sampah, peristiwa itu yang tak diceritakan awan kepadaku sore tadi.

Sintaku,

Sudah saatnya mungkin ku sudahi pengembaraan ku ini untuk mencari balasan-balasan suratmu disetiap sudut cakrawala senja. Mungkin cerita senja hanya akan menenggelamkanku dalam samudera kegelapan. Kusudahi semuanya. Rindu-rinduku akan ku kubur bersama kenangan yang pernah kita ciptakan.
Kau bilang, “cinta tak akan menuntut, rindu akan padam ketika kau mengenangnya.” Itu katamu di akhir pertemuan kita. “Cinta bukan hanya tentang memiliki, tapi cinta juga tentang merelakan,” itu katamu, disaat kau tahu aku pernah memperistri wanita lain sebelum kau hadir dihadapanku. Sekarang, aku terbunuh oleh kata-katamu, ulu hatiku kau tusuk perlahan dengan kepergianmu, hatiku gemerlap ketika kau kirimkan dusta senja disudut cakrawala, kini padam. Aku mati dalam kesenangan dusta.

Sintaku,

Dalam bisikan halusmu kau bergumam, “untuk apalah kau menunggu, jika orang yang kau tunggu tidak ingin kau menunggu.”  “Sudahi penantianmu, carilah wanita lain yang lebih baik dari diriku,” itulah penolakan halusmu. Karna kecintaanku padamu, aku selalu menjawab “aku akan tetap menunggu sampai kapan-pun!”
Aku memang tercipta sebagai Rahwana, ditakdirkan mencintai tanpa dicintai, menyayangi tanpa dikasihi, dan menunggu tanpa ditunggu. Aku tegar dalam hidupku, berkelana mencari senja berharap kau membalas surat-suratku, dan sampai sekarang aku belum pernah mendapatkan satu balasanpun darimu, yang ku dapat hanya senja dusta seolah milikmu yang disampaikan Lek Tho kepadaku.

Ombak bersorak, awan menangis tersendu mendukungku, setelah aku tahu kau bersekongkol dengan Lek Tho, kau umpan dia sebagai pemisah aku dan kau. Kau ingin putuskan pengharapanku, karena kau telah menemukan seseorang yang membuat senjamu lebih indah dari senja-senja kita. Aku tersinggung.
Mungkin dia Rama, lelaki yang kau gumam dalam bisik halusmu Mr. R. Dengar! Kau terkecoh Sintaku, hanya saja karena kebersamaan lantas kau sebut itu indah, bisakah ia setegar aku, berjarak denganmu, membisu bersama kerang, mematung bersama pepohonan, terlelap bersama daun-daun layu. Hanya ingin menunggumu, menyelesaikan tugas pengabdianmu.

Aku kecolongan, kau temukan dia disela pengabdianmu, kau lupakan aku!

Sintaku, kau bukanlah sinta dalam kisah cinta Rama dan Sinta, aku juga bukan Rahwana musuh abadi Sang Rama, aku hanya seorang yang bernasib sama seperti Rahwana yang berlutut memohon cinta Sang Dewi Sinta, dan ku anggap kau lah Sintaku. Pada takdirnya Rahwana tidak akan menikah dengan Sinta, sama seperti aku dan kau, tak akan bersama. Takdir Rahwana untuk mencintai Sinta juga tak akan hilang, meski Sinta telah tiada. Sinta tetap ada dalam bayang Rahwana meski Sinta telah tiada, inilah ada yang tiada.
Benar katamu, “cinta adalah takdir dan jodoh adalah nasib, kau boleh berencana menikah dengan siapa saja tetapi kau tak dapat berencana cintamu kepada siapa!”


Kusudahi pengembaraanku mencari senja disetiap sudut cakrawala. Akan ku buang pengharapanku, tetapi akan tetap ku simpan kecintaanku dalam hatiku, karna kau-lah  Sintaku.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment