Buka Bersama, dua kata yang paling sering disebut saat bulan Ramadhan, tidak hanya tahun ini tahun tahun sebelumnya juga sama, ramai juga diperbincangkan.
Buka
puasa bareng biasanya digabungkan dengan agenda-agenda reuni atau sekedar
kumpul-kumpul bersama teman-teman atau pun keluarga besar. Buka Bareng atau
BukBar atau Bubar juga sebagai sarana silaturahmi, seperti pada tahun-tahun
yang lalu biasanya aku menghadiri acara buka bersama teman-teman SMK, SMP, SD,
baru bersama keluarga. Biasanya kami saling berbagi cerita tentang pekerjaan, rencana
masa depan, dan pasangan: Next.
Bagiku,
buka bersama saat ramadhan itu harus, maksudnya gini, bayangkan enggak ada yang
ngajakin kita buat buka bersama, baik dari teman kuliah, SMA, SMP, atau SD
betapa salahnya pergaulan kita dengan mereka: sesama manusia.
Jadi,
aku memandang kalo enggak ada undangan buka bersama itu berarti ada yang salah
dengan pergaulan kita. Mungkin aja ada yang salah dengan tingkah kita, atau kita
kurang merasuk ke dalam mereka. Jadi, semakin banyak undangan buka bersama
semakin bagus menurutku, berarti semakin bagus pergaulan kita di lingkungan
sekitar kita. Meskipun semakin banyak juga uang yang harus kita keluarkan, karna
diseumuran aku belum ada undangan-undangan yang menggeratiskan menu makanan
buka puasa.
Lain
lagi cerita kalo undangan dari orang-orang besar, udah pasti di gratiskan, atau
undangan buka bersama kampus. Lain cerita itu. Undangan juga di tujukan untuk
umum. Maksudku undangan yang bersifat pribadi.
***
Kemarin
aku datang buka puasa bareng alumni kelas TKJ-2 SMK Ar-Rahman Medan. Kami biasa
nyebutnya The Kumpulan TKJ-2. Banyak cerita sepulang dari situ.
Entah
kenapa, reuni sekaligus buka puasa bersama tahun ini keknya berasa deg-degan
kali. Dari bangun tidur udah berasa, nanti sore buka bareng,huh: batinku.
Mungkin
karena “Dia”. Huh “Dia” siapa? Iya, “Dia” yang ternyata engga datang.
Gelisah
kali di bangku, lihat arah pintu masuk terus. Aku berfikir, kalo dia datang apa
yang harus aku cakap? Hello? Hay? Eh, kamu? Apa kabar? : serba salah.
Azan
berkumandang, orang-orang mulai menyedot minumannya masing-masing, Aku? Minum
juga, tapi rasanya ada yang beda, kok malah dia enggak datang, syukur juga
detak jantungnya enggak nambah kenceng.
Sudahi
cerita tentang “Dia.” Tiiiiiiitttt!!
Wajah,
masih pada sama, Aris masih hitam, Tiongek masih sipit, Ulfa masih kecil, Tasya
masih polos. Bedanya di Eky, makin gendut, Iqbal udah tinggi, dan satu lagi,
Ridho makin menjadi.
Selebihnya
yang datang malam kemarin enggak ada bedanya, masih sama kayak aku, masih
stabil, atau mungkin aku malah lebih buruk, aku makin kurus.
Terimakasih
temen-temen udah ngeluangin waktunya buat kita semua, semoga masa depan yang
cerah untuk kita semua. Yang udah nikah semoga langgeng terus sampe anak cucu,
dan diberikan anak-anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Yang belum nikah,
sabar-sabar nanti pasti jodohnya datang. Pasti kebagian malam pertama kok,
tenang! *menyemangatin diri sendiri.
***
Hahaha, sekian “Kombur” malam
ini jika menurut anda bermanfaat bolehlah kalian Share jika tertarik untuk
membaca yang lain-lain bolehlah klik tombol berlangganan (google+ juga bisa).
“Berkombur
itu asyik, membebeaskan diri kita berbicara dan bercerita apa saja.”
ConversionConversion EmoticonEmoticon