Berita Untuk Suami Wanita Penghibur


Jika pagi tadi kau mencarinya berarti kau masih peduli, dan jika kau tahu dia sejak malam tadi hingga sore ini dia bersamaku pasti kau mencemburuinya, dan mungkin kau akan menghajarku sampai babak belur, karna berpikir aku sedang berselingkuh dengannya.
Ku kabarkan padamu, aku tidak sedang menyelingkuhi istrimu. Istrimu sedang bekerja mencari uang dengan cara mengabaikanmu untuk sesaat. Demi susu anakmu, dan juga kenyang perutmu. Meminta uang jasa kepadaku karena telah menemaniku sejak malam tadi. Pengangguran sepertimu tak membuatnya tenang harus berdiam diri dirumah. Menunggu kau pulang dengan perut lapar yang kau bagikan kepadanya dan anakmu. Sungguh tak membuatnya harus berdiam diri melihat keadaan itu.
Sebenarnya aku sedang tidak kesepian, dan juga sedang tidak butuh teman. Tapi aku melihat istrimu berdiri di pinggir jalan melambaikan tangan kepadaku, ku hidupkan lampu sen ke arah kiri dan menghampirinya.
"Butuh teman Om?" Katanya merayu.
Terlalu tua sebenarnya aku untuk dipanggil "Om" dan terlalu muda juga aku untuk dipanggil "Nak" melintasi barang dagangan super lezat itu. Ku-persilahkan masuk istrimu,
"Masuklah, nanti kita bicara harga"
Dia diam sebentar, matanya melirik kekanan dan kekiri lau membuka pintu dan duduk di sampingku. Kemudian dengan pelan ku laju lagi mobilku. Kau tau, entah harus ku mulai dari mana percakapan malam tadi. Aku bingung harus berbicara apa pada istrimu. Wanita berbaju merah dengan bahu terbuka, lalu dadanya tertutup oleh sepetak bahan dengan segaris kain kecil mengait kebelakang agar tak jatuh membuka buah dadanya.
Iya, wanita yang duduk disampingku itu Istrimu, Wanita yang layak ku panggil "Adik," "Mbak," "Kasih," atau apa lah yang dapat menempatkan tempat sedikit lebih terhormat baginya. tapi malam tadi ku panggil dia-sayang. Ku harap kau akan cemburu tentang ini.
Kau harus tahu, dalam perjalanan 30 menit setelah dia menutup pintu dan ku-pancal gas mobilku, tak ada satu kata yang keluar dari bibir yang penuh dengan hasrat menggoda itu. Mungkin dia malu karna sudah salah kencan dengan seorang yang layak di panggilnya "Kang" "Mas," atau apalah yang membuat aku terlihat lebih berkedudukan dalam hidupnya.
Tak perlu pikir panjang, sudah aku tentukan harus kemana ku bawa istri cantikmu ini. dalam pikiranku, kan ku manjakan istrimu malam ini. Tidur dikamar yang bersih, ber AC, ada TV LCD mewah didalamnya dan berkasur empuk dengan seprai putih bersih, sungguh sandaran tulang yang nikmat untuk melepas lelah setelah satu harian bekerja.
Ku bawa dia masuk kedalam sebuah hotel. Belum ada satu patah kata yang keluar dari dalam rongga mulutnya. Saat ku memesan kamar dia duduk disudut sana, diatas sofa empuk berwarna gelap tempat biasa orang-orang menunggu. Setelah ku mendapatkan kunci kamar dia membuntutiku dari belakang. Ku percepat jalanku melewati lorong-lorang yang di sampingnya berjejer rapi pintu-pintu kamar.
Kamarku masih jauh, tak juga istrimu memintaku untuk berjalan lebih pelan. Dia, istrimu terus mengikuti langkahku, sampai kami masuk dalam kamar dan dia mulai berbicara.
"Lekaslah, selepas ini pulangkan aku ke tempat kau menjemputku,"
"Menjemput?" Kataku.
"Ouh iya bukan, tempat kau pertama kali membawaku" Jawabnya.
"Jika satu malam kau melayani 10 orang, maka malam ini ku bayar kau setara dengan melayani 20 orang, temani aku sampai aku memintamu pergi"
Istrimu terdiam, menunduk lalu mengangguk seperti ada kekawatiran pagi nanti kau mempertanyakan keberadaanya.
"Mandilah!" Suruhku,
Kau harus tau, istrimu membuka pakaian yang menutup tubuh indahnya itu tepat di depanku. Kau juga pasti tau, lelaki mana yang tak terpancing nafsu birahinya jika memandang bentuk tubuh indah istrimu. Barang kali istrimu juga sadar akan keindahan itu, sampai dia rela membagikan yang seharusnya menjadi seratus persen kepunyaanmu kepada para suami yang tak seberuntung dirimu, mempunyai istri seperti istrimu.
Kau masih beruntung, untuk saat itu aku belum begitu tergoda, aku masih mampu menahan nafsu untuk tidak langsung mendekap dan mencumbui istrimu.
Istrimu berjalan dengan santai menuju kamar mandi. Gemercik bunyi siraman air dari shower kamar mandi berdenting menari diatas lantainya, merayu-rayu di telingaku, seakan menyuruh, ku-susul saja ketelanjangan istrimu didalam bilik kecil yang sesekali aku pandangi itu.
Ku beritahu lagi, Istrimu memang pandai menggoda.
Kau juga masih beruntung, untuk saat itu, aku masih mampu mehanan bujuk rayu untuk lekas bersitubuh dengan istrimu.
Dia keluar, dengan handuk putih terbalut menutupi dada hingga paha bagian atas pada tubuh indah istri yang kau sayangi itu. Menggoda sekali. Rambutnya basah, dikeringkannya dengan handuk yang satunya lagi. kemudian berbicara lagi.
"Silahkan, giliran kamu"
Ku angkat sekuatnya tubuhku yang sudah rebahan nyaman diatas sofa lembut yang menghadap ramai lampu kendaraan malam yang seliweran entah mencari apa malam-malam begitu. Ku buka kemejaku dan lekas ku sirami sekujur tubuhku dengan air yang keluar dari shower bekas istrimu tadi.
Hebat benar istrimu, lembut tangannya masih terasa pada gagang shower itu, aku benar-benar terhanyut. Mataku terpejam sentuh lembut tangannya merasuk dalam sukmaku waktu itu.
Istrimu datang menyusul. Membuyarkan lamunanku, lalu mendekapku dalam sunyi seraya berbisik.
"Aku rindu!"


Singkohor, 24 Agustus 2017
Previous
Next Post »
Thanks for your comment