Kekasih,
Masih
dengan kabar yang sama, tak perlu kau tanyakan bagaimana kabarku dan sedang
apa aku? Sudah pasti akan selalu ku-jawab, aku sedang dalam keadaan baik-baik
saja, dan masih berada di tempat yang sama di bawah hamparan senja tak bercakrawala, disini masih merindukanmu.
Memang
hanya aku yang selalu menanyakan kabarmu Sintaku, Meski ku mengerti hatimu, tak
harus juga ku hanya berdiam untuk menanyakan hal-hal yang sepele. Orang-orang
disini selalu terbiasa dengan basa-basi yang kadang memang tidak perlu, tapi
Sintaku kau harus tahu, kalau basa-basi itu juga perlu untuk manusia terus
berbicara dengan mulutnya.
Sintaku,
Aku
baru saja nonton film bagus, nanti aku ceritakan!
***
Perihal
usaha baruku aku baru saja kemalangan Sintaku, bagaimana tidak? Antena penyebar
yang aku pasang di tower pembantu itu hilang, bukan hilang sebenernya. Aku tahu
siapa yang mengambil dan untuk apa dia mengambil. Tapi biarlah Sintaku, aku tak
mau memperpanjang masalah, kau juga dulu yang mengajarkan ku, "Kau harus
ikhlas kehilangan sesuatu agar mendapat sesuatu yang lebih besar" kau
mengatakannya waktu es krim ku terjatuh saat kita duduk di Taman itu Sintaku,
Kau ingat? Ah mungkin kau sudah lupa.
Oh
Sintaku,
Aku
sampai lupa memberi tahu mu tentang usaha baru ku waktu itu, di suratku yang
kemarin. Aku harus terburu-buru karna ada pelanggan yang komplein, maaf Sintaku aku harus menyudahi suratku waktu itu.
Pelanggan
memang begitu Sintaku, selalu ada tuntutan, tapi ketika kita menuntut mereka
pasti mereka akan mengeluarkan jurus ular lipat delapan, kau tau jurus ular
lipat delapan Sintaku? kapan-kapan aku jelaskan tentang itu.
Senjaku,
Membangun
jaringan telekomunikasi memang tidak mudah, bukanya aku juga sudah bersusah payah
membangun komunikasi bersamamu hasilnya juga hingga kini kau tak kunjung
terhubung denganku, atau mungkin terhubung tapi tak kunjung kau meresponnya.
Seperti surat-suratku ini mungkin kau sudah membacanya dan ingin sekali
membalasnya tapi tak tahu kau harus mengirimnya kemana, La wong surat-suratku
juga tak ku alamati.
Yang
harus kau tahu Sintaku, usahaku ini tak hanya memikirkan keuntunganku saja. Kau
tahu aku selalu mengutamakan pelayanan ke pelanggan-pelangganku meski aku harus
merugi, konyol memang tapi kau harus tahu juga Sintaku, misiku adalah
mencerdaskan mereka dalam menggunakan media telekomunikasi.
Tapi
aku akhir-akhir ini mulai malas menanggapi komplein
gangguan dari mereka, ini juga karna nasehatmu dulu Sintaku "Kalau sedang
berjuang, jangan hanya memikirkan orang lain, pikirkanlah keadaanmu juga,
jangan sampai tidurmu kurang, makanmu tak lahap karna terus memikirkan mereka,
berjuang juga ada takarannya, kau harus mengerti itu" Kau terus ngomel waktu itu memarahiku yang lupa
waktu. Kau pasti masih ingat itu, aku cuma diam saja, lantaran mulutmu terus
komat-kamit membacakan mantra-mantra nasehat untukku. Aku tahu sekali, kalau
kau sedang marah, memang tak ada yang boleh menghentikanmu bisa-bisa semakin
membara marahmu.
Kau
tahu Sintaku,
Pada
hamparan langit yang tak bertepi aku selalu menitipkan rindu padanya. Entah
sampai kapan titipan-titipan rindu itu akan sampai padamu, kuharap secepatnya.
Pada
langit yang sama itu, selalu memperlihatkan sesuatu yang baru setiap harinya,
atau bahkan setiap detiknya. Senja-senjanya juga selalu baru dan terbaru, kapan
aku akan menemukan senja yang sama persis saat kita habiskan terang bersama
dulu itu?
Biarkan
aku menjawabannya, mungkin takkan pernah ku temukan, tapi aku juga tak akan melupakannya.
Senyum bergaris cakrawala, menghidupkan burung-burung yang kan terbang menuju
pulang, aku takkan melupakan bibir indahmu sore-sore itu.
Kau
harus tahu Sintaku, aku sedang rindu.
ConversionConversion EmoticonEmoticon