Sambaran Iman Jilbab Naumi Part 2 (Tamat)

          Sambaran Iman Jilbab Naumi Part 2 (Tamat)


           Para barisan koloni semut pasti berhenti dari aktivitas pencarian pengganjal isi perut mereka yang bahu membahu itu. Jika mereka dapat berbicara layak nya manusia pasti mereka bersorak riuh memberi semangat atau sekedar member tepuk tangan atau sepercik ejekan kecil yang mewujud kan rasa bahagai mereka melihat pemuda kotor bertemu wanita pujaan nya yang selama seminggu ini membuat muak fikiran mereka dikarenakan kaki raksasa ku tak sengaja menghancur kan rumah rumah mereka dan menghancurkan barisan mereka.
            Suatu perjuangan yang tidak sia-sia, walaupun hanya sebaris kata-kata yang terucap hari ini ketika bertemu dengan nya. setidak nya aku sudah tahu nama nya dan yang paling penting adalah si Dodi sahabat bangsat ku itu sudah mengenali dia. Akan ku atur siasat .
            “don kau kok bisa kenal ama dia cobak ?”. aku memulai. “ coba dari dulu kau bilang ama ku kau punya kawan sesejuk dia, udah bahagia lah hidupku!”.
            “hahaha kek gini yang katanya jatuh cinta itu, belum juga ketemu ama orang yang di cari udah pintah ke lain hati lagi. Playboy”.
            “huahahahaha”. Aku terbahak-bahak. “ouh iya aku lupa ngasih tau nya”.
            “ngasih tau apa?”.doni terkejut. “jngan bilang dia cewek yang selama ini kau cari!”. Doni coba menerka.
            “emang iya ! dia orang yang selama ini aku cari , aku tunggu, aku lamunin, dia yang membuat hatiku lebih sejuk”. Jawab ku menjelaskan.
            “aah gila kau !”. pekik nya. “dia itu orang baik baik, jangan kau jadikan dia salah satu korbanmu”. Sambung nya.
            “yang mau jadikan dia itu korban ku siapa ? malah aku mau jadikan dia istri ku nanti”. Jawabku ringan.

***
            Dari sahabat ku doni aku jadi tau banyak tentang Naumi. Naumi adalah mahasiswa jurussan Teknik Sipil satu semester dengan ku, dia juga gadis pintar tergambar dari nilai Indeks Prestasi (IP) nya 3,4, setidak nya lebih baik dari aku yang hanya dapat 2,75 ditampah “D” 2 sks. Naumi juga gadis yang rajin beribadah dan taat beragama, dari solat nya , puasa nya, dan ibadah ibadah sunnah lain nya dia lakukan. Sungguh semua hal tentang dia bertolak belakang dengan aku. Jelas saja sahabt ku yang satu ini tak kan rela melihat Naumi yang cantik jelita nan solehah itu harus akan merasakan janji-janji romantis ku yang semua adalah bualan. 
            “ton, bisa kau rubah tentang pujaan hatimu”. Doni memulai pebicaraan malam ini.
            “apa masalah nya ?”. aku sinis. “kau juga suka sama dia?”.
            “Gila kau, ya nggak lah”. Doni membantah. “Aku punya dua alasan kenapa aku harus nyuruh untuk ngelupain dia mulai sekarang sebelum semua nya terlambat”.
            “apa alasan nya?”. aku penasaran
            “yang pertama, dia itu orang baik baik. Yang kedua aku nggak mau kau nanti nya sakit hati kalo dia nggak bisa kau buat seperti cewek-cewek lain nya yang dengan mudah bisa kau dapatkan apa yang kau mau dari dia. Jadi pertimbangkan lagi”. Jelasnya
            “alah alah lebay kau!”. Jawab ku ringan.
            Aku tau pasti niat baik si Doni kepadaku. Aku tau dia tak mungkin suka atau sekedar memendam rasa dengan Naumi. Dia hanya tak ingin melihat aku di tolak mentah-mentah oleh Naumi yang kan membuat hidup ku menjadi galau trus hidup ku menjadi lebih tidak tertata. Lalu hancur trus terkubur.

****
            Malam tersesat gelap nya sendiri, begitu juga dengan ku tersesat, melesat jauh begitu cepat menuju jurang kegelapan , hingga aku lupa pulang menuju jalan terang. Lalu apa yang di butuh kan malam untuk pulang menuju terang ?. dia membutuhkan siang, siang memuntulkan cahaya terang nya melalui bulan. Untuk pulang mungkin kita membutuhkan orang lain yang kita cintai.
            “Ton, kamu belum sholat ?” Tanya Naumi
            “Belum Mi,” jawabku
            “Kenapa ?” Tanyanya lagi.
            “Kenapa yaa,?” pikirku, “mungkin karena aku malu aja, orang-orang udah ngecap aku sama hal-hal yang paling buruk, jadi kalau aku harus pergi kemasjid pakai peci, muncullah tuduhan pencitraan.”
            “Jadi kamu pilih malu apa neraka Ton?”
            “Terkadang kita harus rela malu untuk keluar dari kebiasaan buruk kita, biarlah orang berkata-kata lain, yang penting hati kamu tulus ngelakuinnya Ton, jangan demi apa-apa, lakuinlah demi dirimu sendiri supaya kamu lebih baik lagi.” Sambungnya
            “Ouh gitu!” Jawabku suntuk.
             “Iya Ton, maaf ya kalau aku banyak bicara soal kamu,”
            “Iya nggak papa, aku malah seneng kalo masih ada orang yang peduli sama aku”
            “Orang-orang itu peduli, kamunya aja yang nggak peduli sama mereka, yaudah mulai sekarang kamu sholat ya, aku cuma minta itu sama kamu!”
            “Insyaallah, nanti kan aku juga bakal ngimamin sholat mu Mi,” cetus ku, “hehehe, eh tapi aku lupa bacaannya” aku baru sadar, ternyata aku sudah lupa bacaan sholat lima waktu.
            “Astaqfirullahalaziim Anton!” Naumi mengelus-elus dada. “Okay besok kita ketemu lagi ditaman ini sepulang kuliah, aku bawakan buku tuntunan solat, gimana mau jadi imam sholat aku kalo bacaan sholat aja lupa”
            “hehehe, kan nanti ingat lagi hehehe” seloroku.
            Inilah kegiatanku sepulang kuliah sekarang, hampir tiap hari aku dan Naumi pasti ketemu ditaman itu, taman tempat kami menghantarkan senja. Entah kenapa sekarang aku jadi suka senja, sore, petang, mega merah atau apapun sebutannya, yang paling pasti adalah, bergantinya terang menjadi gelap. Gelap yang indah menuju terang kembali esok pagi.
***
            Naumi sangat spesial menurutku, takkan ada lagi gadis berjilbab yang akan kupercayai kata-katanya selain dia. Dia berbeda, dia tidak sama dengan gadis gadis jilbab yang pernah ku temui. Ya dia telah merubahku. Bukan, mungkin aku berubah untuk diriku sendiri. Iya, mungkin karena cintanya. Bukan, aku hanya nyaman. Iya itulah cinta. Bukan, aku berubah karena diriku bukan karena dia. Itu yang ku tahu.
            “Ton, cepat kemari, panas-panas gini enaknya jilatin es krim,” kirimnya pesan lewat BlackBerry Massenger dengan foto es krim di tangannya.
            “Hahaha, Iya tunggu sebentar ya, aku baru keluar nih” balasku
            “Okay aku tunggu!”
            Naumi memang benar-benar membuatku gila, gila dengan perasaan yang aku pendam kepadanya, gila mengartikan setiap kepeduliannya kepadaku, gila, gila, gila, dan gila.
            Aku tak begitu mengerti dengan perasaan, dulu perasaanku selalu ku umbar, meski itu hanya kebohongan yang muncul dari mulut ku. Namun kali ini, mulutku terbungkam untuk menyatakan perasaan yang benar-benar aku rasa-rasakan. Bukan permainan.
            Menutup mulut sama dengan menutupi perasaan, itu pemikiranku dulu. Sekarang aku lebih mengerti tentang perasaan, perasaan tak selamanya diungkapkan. Perasaan harus dirasakan supaya benar-benar mengerti tentang perasaan. Ungkapan hanya untuk kepastian, dan merasakan untuk melihat kebenaran. Jangan salah merasakan, karna kesalahan bisa menjadi kebenaran nantinya.
            “Mi, bener katamu, panas-panas gini memang enak jilatin es krim, apalagi ada Naumi, sejuk hati ini sejuk,”
            “hahaha, kamu bisa aja Ton,”
            “hehehe, sejuk itu dimasjid, bukan sama kamu yaa kan?”
            “Yups! Benar sekali, iya lah yang sudah rajin ke masjid”
            “Nggak juga kok,” jawabku merendah. “Eh, apa kamu nggak pernah merasa suka sama lelaki Mi?”
            “Hahaha, ya pernah lah Ton, aku juga normal  kan Ton”
            “Terus, kenapa kamu nggak pacaran?” tanyaku lebih mendalam.
            “Nggak! Aku jatuh cinta cukup sekali, aku pasti menunggu dia, dan aku yakin dia juga pasti menunggu aku”
            “Aku? Aku siap nungguin kamu Mi!” Ku telan habis cangkang es krim yang sedari tadi ku jilatin dan berdiri tepat dihadapannya.
            “Hahaha, kamu lucu ya Ton, ya bukan lah, dia cinta pertamaku!”
            Salah, aku salah mengartikan rasa, kepedulian dan perhatiannya kepadaku bukan untuk mengungkapkan perasaan cintanya kepadaku. Mungkin saja bisa terjadi, apa yang ia lakukan kepadaku, Ia lakukan juga  kepada orang lain selain aku agar orang itu mengerti jati dirinya. Dan aku salah mengartikan, mengartikan kesalahan dan menjadikan nya kebenaran.
            “Ungkapan membuat kepastian” Batinku.


Untukmu, Ku-ucapkan terimakasih kepada Jilbab-Mu.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment